Insiden pembakaran bendera HTI oleh Banser NU di Garut Jabar (22 Oktober 2018) telah menuai kecaman banyak kalangan. Banser NU didesak minta maaf kepada umat Islam, kemudian dibubarkan. Kantor PBNU pun diancam bakal digeruduk massa. Bahkan, pada Jumat (26 Oktober 2018) telah terjadi Aksi Bela Tauhid yang digelar serentak di Jakarta dan beberapa daerah lain.
Terkait dengan berbagai kecaman dan aksi yang menyudutkan Banser dan NU, Panglima Patriot Garuda Nusantara (PGN) Nuril Arifin Husein (Gus Nuril) murka. Ia pun datang langsung ke PBNU untuk menemani Banser dan ormas lainnya guna melindungi kantor PBNU dari aksi massa bela tauhid.
Gus Nuril pun melontarkan sindiran telak kepada seorang tokoh yang suka "lari dan kabur-kaburan.” Ia, seperti dikutip suaraislam.co (27 Oktober 2018), mengaku siap berada di samping Banser, Pagar Nusa, dan Patriot Manguni untuk melibas mereka yang menyudutkan Banser dan NU.
Menurut Gus Nuril, pengkhianat bangsa tidak layak hidup di NKRI. Baju atau satu rambut Banser jatuh, maka akan berhadapan dengan dirinya. Ia mengaku bukan pemimpin yang suka lari dan kabur-kaburan.
Gus Nuril juga meminta pihak Kepolisian dan TNI untuk tegas menindak oknum yang membawa bendera bertuliskan kalimat tauhid. Menurutnya, tindakan semacam itu sudah melecehkan arti kalimat tauhid.
Bagi Gus Nuril, tindakan mengibarkan bendera berlafaz tauhid sangat kurang ajar. Kalimat tauhid ada di hati warga NU dalam bentuk dzikir, dalam bentuk rahmatan lil alamin, bukan dikibar-kibaran untuk menipu orang yang tidak mengenal agama, hanya sekedar dilaporkan kepada induk semangnya agar diberikan kontrak-kontrak dan bayaran yang lebih tinggi, atau untuk membodohi rakyat seolah-olah bendera tauhid.
Gus Nuril menegaskan tidak ada bendera tauhid. Yang ada adalah kalimat tauhid yang tertancap di dalam dada yang disucikan dan dimuliakan. Ia menyebut mereka yang memusuhi Banser NU sama sekali tidak menggunakan akhlak, logika, etika, dan adab yang baik.
Sebuah pernyataan sikap yang keras. Gus Nuril memang dikenal sebagai sosok yang antipati terhadap mereka yang dianggap intoleran, radikal, eksklusif, dan ekstrem.
Pembela dan pengikut setia Gus Dur ini tak segan-segan untuk merangkul kelompok minoritas sebagaimana yang diperjuangkan Gus Dur. Sangat beralasan apabila Gus Nuril dianggap sebagai "musuh" bagi penganut paham radikal yang gampang mengkafirkan pihak lain yang tidak seagama dan sealiran, serta suka "menjual" ayat dan agama untuk kepentingan politik.
Sementara itu, tidak sedikit juga kelompok yang memusuhi Banser yang kabarnya masih kekeuh bakal menggelar Aksi Bela Tauhid jilid berikutnya.
Sumber
0 Comments