Mustahil...Yusril Mendadak Dukung Jokowi-Maruf Amin, Ada Apa Ini, Mau Tau?


Ada pertanyaan menarik dari seorang perempuan di salah satu WAG yang ditujukan pada saya, kenapa Prof Yusril Ihza Mahendra berubah 180 derajat beralih mendukung dan menjadi tim pengacara Jokowi-Maruf Amin?

Ini pertanyaan yang mengundang selera saya untuk kembali menulis dan mengupas analisa saya tentang perubahan sikap politik seseorang yang baru kemarin bersebrangan dengan Jokowi tapi kemudian hari ini tiba-tiba berbalik mendukung Jokowi bahkan rela menjadi pengacara Jokowi tanpa dibayar.

Begini menurut pendapat saya, pertama, Yusril Ihza Mahendra bukan karena takut menghadapi tantangan debat saya, memangnya saya ini siapa?

Saya hanyalah pencari ilmu biasa yang masih memiliki banyak kekurangannya.

Masih banyak hal yang belum saya ketahui dari ilmu pengetahuan yang Tuhan tebarkan di bumi ini, kecuali hanya sedikit saja.

Yusril Ihza Mahendra berbalik mendukung Jokowi pasti karena ada alasan yang lebih tepat yakni Prof Yusril sudah tau kemana arah kemenangan dalam pilpres 2019 nanti yaitu di pihak Jokowi-Maruf Amin.

Bagi Yusril Ihza Mahendra yang merupakan petualang politik itu sangatlah mudah membaca peta politik, sebagaimana ia tahu bahwa partainya (PBB) akan kembali menjadi partai gurem di pemilu 2019 hingga beliau harus mendapatkan kepastian untuk mendapatkan kekuasaan. Jadi menteri lagi kan lumayan.

Kedua, Yusril Ihza Mahendra selalu saja bertahan mendirikan partai politik sektarian, primordial yakni partai politik Islam.

Yusril Ihza Mahendra sepertinya masih tidak bisa mengerti apalagi memahami bahayanya menjadikan agama sebagai tunggangan meraih kekuasaannya, meskipun selalu berakhir kalah.

Yusril Ihza Mahendra seolah melihat dunia ini begitu sempit dan yang ada hanyalah sosok Mohamad Natsir, tokoh Masyumi yang sangat diidolakannya, olehnya dari tahun ke tahun yang dijadikan pedoman politik Yusril ya sepertinya hanya pemikiran politik Mohamad Natsir dan yang lain-lainnya seakan tidak pernah mendapatkan tempat di pikirannya apalagi di hatinya.

Salahkah itu? Tidak, karena terlepas dari kekurangannya, Mohamad Natsir merupakan pemikir hebat di zamannya, dan tidak pernah membela koruptor. Meski demikian sangat nyata sejarah politik kenegaraan Indonesia telah "menginterupsi" pemikiran Mohamad Natsir dengan dibubarkannya Partai Masyumi yang didirikannya oleh Pemerintahan Soekarno, dan NU menyatakan keluar darinya dan membentuk partai politik sendiri di zaman Orde Lama.

Haqul yakin Yusril Ihza Mahendra sudah malang melintang membaca karya-karya monumental pemikir-pemikir politik, agama maupun hukum yang hebat seperti Soekarno hingga Mahatma Gandhi, KH. Hasyim Al Asy'ari hingga pemikir terkemuka Mesir Muhammad Abduh, Muhamad Yamin hingga Hans Kelsen, tetapi herannya mengapa Prof Yusril lagi-lagi kembali ke Muhamad Natsir? Belum tamatkah Prof Yusril membaca polemik Prof Dr Nurcholish Madjid vs Muhamad Roem mengenai Ilusi Negara Islam?

Belum tamatkah Yusril Ihza Mahendra mengikuti dialektika politik Nasionalis vs Islam Politik antara Ir Soekarno melawan Kartosuwiryo atau Abdul Kahar Muzakir? Belum tamatkah Prof Yusril mengamati polemik pemikiran Islam antara Gus Dur vs Ridwan Saidi, Lukman Harun dan Ahmad Soemargono? 

Ketiga, sudah terlalu banyak salah langkah politik yang sudah dilakukan oleh Yusril Ihza Mahendra selama 4 tahun lebih Pak Jokowi menjabat presiden bahkan sebelum Pak Jokowi menjabat sebagai presiden.

Ada puluhan arsip yang Harimau Jokowi miliki untuk menjerat Yusril Ihza Mahendra dalam perkara tindak pidana, khususnya yang berkenaan dengan fitnah, pencemaran nama baik pada Kepala Negara, serta pembelaannya pada ormas terlarang yang ingin merebut kekuasaan negara secara tidak sah dan ingin mengganti Pancasila dan UUD 1945.

Semua arsip yang kami miliki itu suatu saat dapat dijadikan bukti di persidangan jika saja kami benar-benar mau melaporkan Yusril Ihza Mahendra pada Bareskrim Polri.

Namun sekarang tiba-tiba Yusril Ihza Mahendra telah merapat ke Pak Jokowi-MA dan menjadi pengacaranya tanpa dibayar.

Mungkin karena alasan-alasan yang saya sebutkan di atas itulah Yusril Ihza Mahendra berbalik arah dukungan politiknya. Tapi ya sudahlah, kita sebagai hamba Tuhan yang pemaaf haruslah memaafkannya.

Post a Comment

0 Comments